Ketika Perahu Berlayar di Samudra Cinta
Kisah Kugy dimulai ketika Kugy memutuskan untuk kuliah sastra di
Bandung. Ada satu adegan awal yang begitu keren bagi saya. Kugy
menyampaikan perpisahan dengan meletakkan dua telunjuk di sisi kiri dan
kanan pelipisnya (ciri khas Kugy) sambil tertawa-tawa. Sang pacar pun
mengikuti gaya Kugy. Mereka mendekatkan wajah, biar kedua telunjuknya
bisa menempel.Ya, tak ada pelukan erat dan banjir air mata yang
mengiringi perpisahan mereka.
Kugy pun tiba di sebuah tempat kos. Saya tidak tahu apakah Kugy telah
mengenal sahabat perempuannya itu sebelumnya, karena begitu tiba di
tempat kos, mereka langsung akrab. Adegan selanjutnya, mereka: Kugy,
sahabat perempuan dan pacar si sahabat, berangkat ke stasiun untuk
menjemput Keenan. Sempat terjadi kekacauan untuk mencari Keenan di
stasiun. Namun lagi-lagi Kugy melakukan aksi uniknya yaitu mengangkat
telunjuk ke pelipis sambil berjalan ke setiap gerbong. Dua sahabat
terbengong-bengong melihat aksi Kugy, namun langkah Kugy terhenti karena
ada lelaki yang berdiri di depannya. Ya, sahabat pun
akhirnya berhasil
‘menemukan’ Keenan.
Karena kos mereka berdekatan atau memang satu rumah kos, Keenan dan
Kugy jadi langsung akrab. Keenan begitu kagum dengan ‘perahu kertas’
hasil karya Kugy, begitu juga dengan buku dongeng tulisan tangan Kugy.
Keenan, lelaki
cool dengan rambut agak gondrong. Lelaki model
seperti ini tak mungkin menyukai dongeng kekanak-kanakan, namun Keenan
ingin meminjam buku dongeng Kugy. Wortelina, Nyit Kunyit, Keenan
membaca lembar demi lembar tulisan tangan Kugy.
Keenan yang pintar melukis, diam-diam menggambar tokoh wortelina, nyit
kunyit, dan tokoh yang ada dalam dongeng Kugy. Layaknya pecinta berat
dongeng, Keenan menjelaskan satu-persatu tokoh dongeng yang dia buat:
wortelina, nyit kunyit, satu hal yang membuat Kugy begitu terharu.
Kugy yang begitu imajinatif meminta Keenan apakah bersedia menjadi
‘agen neptunus’. Dengan bangga, Keenan pun bersedia. Dia melakukan
ucapan seperti yang diminta Kugy (dengan telunjuk ciri khas Kugy
tentunya). Selesai, Kugy pun memberikan gantungan kunci inisial K pada
Keenan.
Sikap Keenan memberi pelajaran sederhana akan sebuah cinta: bila
mencintai seseorang, cintai dulu dunianya. Lantas bagaimana jika dunia
orang yang kita cintai tidak baik, jangan paksakan diri untuk mencinta!
Karena apa hak kita untuk merubah dunia seseorang!
Jatuh cinta tak lantas membuat Keenan dan Kugy berpacaran. Di suatu resto, Keenan melihat Kugy sedang
dinner
dengan pacarnya. Keenan langsung merasa bahwa dia mencintai perempuan
yang salah. Di satu malam, ketika besoknya Keenan ulang-tahun, Kugy
menyiapkan hadiah spesial untuk Keenan, menyatukan gambar Keenan dengan
tulisannya dalam sebuah buku dngeng yang baru. Sayang, ketika ingin
memberikan hadiah tersebut, dua sahabat Keenan malah mengenalkan seorang
gadis bule, pemilik
gallery lukisan, pada Keenan. Kugy begitu cemburu, dan mengurungkan niatnya untuk memberi hadiah pada Keenan.
Kugy berpikir, apa dia pantas cemburu pada gadis bule itu. Bukankah dia
dan Keenan hanya berteman, sedangkan Kugy sendiri juga sudah punya
pacar. Untuk menghilangkan kecemburuannya, Kugy memilih untuk menjauh
dari mereka bertiga. Sedangkan Keenan jadi semakin dekat dengan si
bule, mengingat gadis ini yang membantu Keenan menjual lukisannya.
Keenan pun marah besar ketika pada akhirnya dia tahu kalau ternyata
yang memborong lukisannya hanyalah rekayasa si bule. Hal yang membuat
Keenan berniat untuk berhenti melukis. Kugy sempat menyemangati Keenan
untuk tidak mengubur mimpinya, “Alangkah baiknya jika semua orang
menggunakan hobinya untuk menghasilkan uang.” Namun Keenan tetap pada
pendiriannya, tak ingin melukis lagi!
Hubungan Kugy dengan sang pacar semakin mengambang. Pacar Kugy iri pada Keenan yang diberi gantungan kunci.
“Kenapa dia yang kamu kasih? Kenapa bukan aku?”
“Emangnya kamu mau jadi agen neptunus?”
“Ya enggak lah!”
Kugy begitu kecewa dengan jawaban sang pacar. Beda sekali dengan Keenan
yang langsung mengiyakan. Pacar Kugy pun tidak suka karena Kugy
menjadi guru dongeng di ’sekolah panggung’ milik sahabatnya. Akhirnya,
mereka pun putus.
Keenan memutuskan untuk tinggal di Bali, sambil belajar melukis lagi di
gallery
Pak Wayan. Seorang gadis Bali, keponakan Pak Wayan, diam-diam mencintai
Keenan. Ada seorang lelaki Bali yang terlihat cemburu dengan kedekatan
Keenan dan gadis itu.
Waktu berlalu, Kugy pun lulus menjadi sarjana sastra. Dia melamar pekerjaan sebagai (hanya)
Office Girl di kantor
advertising. Ketika rapat redaksi (apakah ini ya istilahnya untuk tim
advertising)
dan tim sedang mati ide. Bos Kugy meminta Kugy untuk menyumbang ide.
Dengan gaya khasnya Kugy berpikir, semua tim kembali bengong, dan pada
akhirnya ide Kugy berhasil
goal di mata klien. Kugy pun
diterima sebagai karyawan tetap di kantor tersebut. Kedekatan Kugy pada
bos membuat sekretaris bos cemburu.
Benang merah yang didapat dari kisah cinta ini adalah: ada begitu
banyak remaja dan orang dewasa yang cemburu. Keenan pada pacar Kugy,
Kugy pada gadis bule, Lelaki Bali pada Keenan, Sekretaris bos pada
Kugy. Yang membedakan adegan cemburu di film ini dengan sinetron yang
pernah ada adalah: tidak ada aksi pamer wajah jutek, perang mulut,
jambak-jambakan rambut, dorong-dorongan pundak, atau umpatan kasar dan
ancaman di antara mereka. Cemburu, lantas menjauh, hanya itu yang
mereka lakukan. Ya, cemburunya remaja cerdas memang sangat keren di
mata saya. Tak perlu bertengkar memperebutkan satu orang, seperti di
dunia ini tak ada lagi manusia yang pantas untuk dicintai selanjutnya.
Ada Mimpi di Balik Cinta
Kugy bermimpi untuk menjadi penulis terkenal. Dia begitu bangga ketika
cerpennya masuk majalah. Saking senangnya mendapat honor, Kugy
mentraktir empat sahabatnya. Di suatu adegan pun, Keenan sempat
mengungkapkan, “Aku doakan kamu jadi penulis terkenal”.
Sedangkan Keenan bermimpi menjadi pelukis. Sayang, tak seperti Kugy
yang kuliah sastra karena keinginannya, Keenan terpaksa harus kuliah
ekonomi atas permintaan Papanya. Ketika mendapat kabar bahwa lukisanya
laku 30 juta, Keenan memutuskan berhenti kuliah. Bukan main marah
Papanya, sampai Keenan diusir dari rumah.
Belakangan di saat dia tahu bahwa lukisan itu yang membeli adalah gadis
bule yang begitu menggilai dirinya, Keenan putus asa dan menetap ke
Bali. Sang Papa yang koma membuat Mama Keenan menyusul anaknya, dan
Keenan pun pulang ke Jakarta untuk mengurus bisnis Papanya.
Well, mimpi dan cita-cita, memang hak semua orang. Tak salah
jika Keenan memilih untuk menjadi pelukis saja, karena dia lebih tahu
akan talenta dan keingingannya. Namun, salahkah sang Papa yang
memaksanya untuk kuliah ekonomi, mengingat nantinya Keenan akan
meneruskan bisnis Papanya? Pilih kuliah ekonomi lantas bekerja di
kantor, atau menjadi pelukis? Satu hal yang selama ini ada di benak
sebagian orang: pekerjaan itu hanya satu! Padahal, jika kita mampu
membagi waktu, bisa saja kita punya tiga pekerjaan sekaligus. Hal yang
sama ketika orang lain melihat saya bisnis coklat, banyak orang yang
bertanya, “Emang sekarang udah nggak ngajar lagi?” Waw, mengajar itu
kan hanya dari pagi hingga sore, malamnya nulis, dan sabtu-minggu
produksi coklat. Bisa kan punya tiga pekerjaan!
Jadi, andai saya menjadi Keenan, saya akan tetap kuliah ekonomi dan
meneruskan hobi melukis. Kalau ada yang bilang, menulis atau melukis itu
hanya pekerjaan sampingan. Saya teringat akan nasihat Pak Mario Teguh,
tidak ada pekerjaan utama dan sampingan, selagi kita menganggap
semuanya itu penting. Semua adalah pekerjaan utama.
Pada akhirnya Keenan harus mengurus bisnis Papanya. Andai dia
meneruskan kuliahnya, mungkin ilmu yang dia dapat makin banyak. Begitu
juga dengan Kugy yang akhirnya bekerja di perusahaan
advertising.
“Bukannya cita-cita dia jadi penulis dongeng?” Tanya Keenan. Ya, jaman
sekarang ini, jangan pernah terlalu idealis. Gue maunya jadi ini,
bukan itu! Sadarilah, ini dunia, bukan surga di mana apa yang kita
inginkan bisa didapat dalam waktu satu detik (konon begitu katanya,
mengingat saya belum pernah tinggal di surga). Ada seseorang yang saya
kenal, dia berprinsip maunya bekerja dalam bidang ini, dan sampai
sekarang dia masih menganggur, karena belum ada pekerjaan seperti
keinginan dia. Padahal banyak tawaran di bidang lain, namun semuanya
dia tolak. Bekerja di kantor
advertising pun bukan lantas Kugy
tak bisa menulis lagi. Mengingat setahu saya menjadi penulis itu tidak
repot, hanya kirim karya dan tunggu hasil (tunggu hasil ini yang
lama!). Tak perlu bekerja di kantor seharian, kecuali kalau jadi
wartawan atau penulis
full time.